This nice Blogger theme is compatible with various major web browsers. You can put a little personal info or a welcome message of your blog here. Go to "Edit HTML" tab to change this text.
RSS

Minggu, 31 Oktober 2010

Pantaskah Kau bermaksiat di Bumi Allah?

Ada dua orang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham, seorang ahli hikmah dan ahli ibadah (wafat 777 M) yang disegani asal Khurasan (kawasan utara Afghanistan, sekarang. Red) salah satu laki-laki itu berkata kepada Ibrahim, ”Wahai Abu Ishak (sebutan Ibrahim, red) saya telah menganiaya diri (banyak berbuat maksiat). Maka jelaskanlah padaku tentang sesuatu yang dapat membuatku insaf dan menyelamatkan diriku (dari murka Allah)”

Ibrahim bin Adham menjawab, ”Jika engkau bisa menerima dan melaksanakan lima hal, niscaya kenikmatan apa saja yang engkau dapatkan tidak akan memudharatkanmu.”

”Coba jelaskan wahai Abu Ishak,” pinta pria itu.

Ibrahim menjelaskan, ”Pertama, jika engkau bermaksud menentang Allah, maka janganlah kamu memakan rezeki-Nya”

”Lalu darimana aku makan, sedangkan semua yang ada di atas bumi ini adalah rezeki dari-Nya”

”Wahai hamba Allah, maka patutkah engkau memakan rezeki Allah kemudian setelah itu engkau bermaksiat?”

”Tentu tidak”

”Kedua, jika engkau ingin mendurhakai Alah maka janganlah engkau tinggal di negeri-Nya.”

”Ini lebih beratdari yang pertama. Jika timur dan barat adalah milik Allah, lalu dimanakah aku harus Tinggal?”

”Wahai saudara, patutkah engkau makan rezeki-Nya dan tinggal di negeri-Nya sedangkan setelah itu engkau berbuat durhaka terhadap-Nya?”

”Tentu tidak”

”Ketiga, jika engkau ingin berbuat dosa sedang engkau memakan rezeki dari Allah swt. Dan tinggal di negeri-Nya maka carilah tempat yang kira-kira Allah tidak melihat engkau berbuat maksiat.”

Pria itu menyahut, ”Wahai Ibrahim, bagaimana mungkin aku bisa sedang Dia Maha Mengetahui segala sesuatu?”

”Wahai saudara, apakah patut engkau memakan rezeki-Nya, tinggal di bumi-Nya dan mendurhakai ketetapan-Nya padahal Dia Maha Melihat apa saja yang engkau perbuat?”

”Tentu tidak”

”Keempat, apabila malaikat pencabut nyawa datang kepadamu untuk mengambil rohmu, maka katakanlah kepadanya, ’Tunggu dulu sampai aku bertobat dan beramal shaleh di hadapan Allah’”

”Wahai Ibrahim tentu malaikat tak akan mau menerima permintaanku itu”

”Wahai saudara jika engkau tidak mampu menolak kematian dan engkau sadari pula apabila maut itu datang engkau tidak mampu menangguhkannya, maka masihkah engkau berharap akan dapat selamat dengan kemaksiatanmu?”

”Kelima, apabila malaikat Zabaniah (salah satu malaikat penjaga neraka, lihat Q.S. Al-Alaq;18, red) pada hari kiamat hendak membawa engkau ke neraka maka janganlah engkau mau ikut dengannya.”

Pria itu menyahut, ”Mereka tidak akan membiarkan aku dan tentu tidak akan enerima permintaanku”

”Kalau begitu bagaimana cara engkau akan mengharapkan keselamatan?”

”Wahai Ibrahim, cukup...cukup...!”, tukas laki-laki itu lagi, ”Saya mohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.” Akhirnya pria itu ikut beribadah dan belajar bersama Ibrahim bin Adham hingga akhir hayatnya. (oq, sumber: Perjalanan Gerakan Aktivis Dakwah, fathi Yakan, GIP, 1995, hlm. 90-91)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

say hello

zwani.com myspace graphic comments

sorry

zwani.com myspace graphic comments